Satu hal sederhana yang terkadang mudah dilupakan yaitu bersyukur. Sudahkah kita bersyukur hari ini? Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, mengucapkan syukur dalam hati atau pun lisan bukan suatu hal yang sulit.
Di tengah kondisi pandemi yang sudah berbulan-bulan dan tak ada yang tahu berakhir kapan, sangat rentan kita terbawa dalam hal-hal yang penuh ke-negatif-an. Stres, mudah marah, putus asa, dan saling menyalahkan adalah beberapa dari sekian banyak hal negatif yang sering dijumpai dalam keseharian. Lalu, apakah hal-hal itu menjadi pembenaran untuk tidak bersyukur atas keberkahan yang sudah diberikan?

Mulailah Bersyukur dari Hal Terkecil Sekalipun
Hal-hal yang seringkali kita dapatkan dengan mudah namun menjadi konsumsi vital dalam kehidupan sehari-hari seperti udara dan sinar matahari merupakan contoh hal kecil yang sudah sewajarnya perlu disyukuri. Sayangnya, saking tak menyadari betapa mudahnya menikmati secara gratis dan setiap saat sering menjadikan manusia jauh dari rasa bersyukur.
Di saat kita terlalu fokus pada persoalan hidup yang lebih sering dikeluhkan, di saat itu juga kita semakin tidak menghargai hal-hal kecil yang masih kita miliki. Di saat kita terbangun dan masih bisa bernafas di saat itu juga kita sudah seharusnya beryukur. Tanpa bisa bernafas mana mungkin kita bisa menjalani kehidupan ini dan bahkan menggapi mimpi-mimpi yang sudah direncanakan.
Alihkan Semua Pikiran Negatif, Fokus Pada Hal-Hal Positif
Saya pernah membaca sebuah buku inspiratif berjudul ‘Think Like A Monk’ yang ditulis Jay Shetty, seorang penulis berkebangsaan Inggris yang pernah merasakan kehidupan sebagai seorang biksu di India. Dalam buku itu salah satunya ada cerita menarik dari seorang senior biksu tentang percakapan antara cucu dan kakeknya. Sang kakek menceritakan kepada cucunya bahwa:
‘Setiap pilihan dalam hidup kita adalah hasil dari sebuah pertarungan antara 2 serigala yang ada di dalam diri kita. Serigala yang satu merupakan perwujudan dari kemarahan, iri, dengki, tamak, egois, dan kebohongan. Sementara serigala yang lainnya merupakan perwujudan dari cinta, kasih sayang, kedamaian, kebaikan, kerendahan hati, dan hal positif.
“Lalu serigala yang mana yang menjadi pemenang ?” tanya sang cucu.
“Serigala yang sering kita beri makan” jawab si kakek.
“Bagaimana caranya?” tanya balik si cucu.
Sang kakek yang juga seorang senior biksu tersebut menjawab “Dengan apa yang sering kita baca dan dengar. Dengan siapa seringnya kita menghabiskan waktu. Dengan apa yang sering kita lakukan. Dengan dimana seringnya kita memfokuskan energi dan perhatian kita”.
Dari cerita sang kakek dan cucunya di atas mengajarkan kita bahwa kita memiliki kendali penuh atas diri kita terhadap apa yang menjadi pilihan hidup, positif atau negatif, penuh rasa syukur atau sering mengeluh.